Kamis, 23 April 2009

Penyesalan dalam hidup

Kemaren, penulis mendapat sebuah email dari milis MA ITB,, isinya sebagai berikut:
Di Belgia pernah dilakukan survei terhadap warga yang berusia 60 tahun. Survei tentang penyesalan terbesar dalam hidup mereka.

Hasilnya: 72% menyesal karena mengabaikan waktu untuk bekerja dengan baik di masa mudanya; 67% menyesal karena salah memilih profesi; 63% menyesal karena kurang waktu mendidik anak atau menggunakan pola didik yang salah; 58% menyesal karena kurang berolahraga dan menjaga kesehatan; 11% menyesal karena tidak memiliki cukup uang. Jika survei ini diajukan kepada Anda, apa penyesalan terbesar dalam hidup Anda?

Akhir dari email.

Hihi... Wah, kalo penulis ditanya apa penulis juga mengalami penyesalan penyesalan seperti yang dialami orang orang Belgia itu, penulis dengan yakin menjawab tidak. Karna penulis tipikal yang workaholic dan study oriented kali yah, pernah ngerasain blajar ampe mau muntah muntah saking muaknya sekolah :D. Tapi itu konteksnya bekerja yah? Tapi pengalaman bekerja penulis cuman sejauh bekerja jadi asisten siyh. Tapi penulis bersyukur karna merasa telah menjadi asisten yang baik (dan artistik, karna penulis senang mengerjakan pekerjaan asistensinya dengan spidol warna warni, ketikan solusi yang rapih dan artistik, dan paper clip warna warni juga ^_^). Penulis sadar bahwa banyak nian yang berkata bahwa penulis kekanak kanakkan, dosen dosen bahkan tidak sadar kalo penulis mahasiswa tingkat atas waktu itu, yang ada mereka mengira penulis masih tingkat 2,,, etc... Singkat kata, penulis adalah orang serius yang masih suka bermain main, dan menghargai keindahan dan suka menciptakan keindahan...

Salah memilih profesi? Sejauh ini sih nggak lah, menyangkut studi sih nggak dong.. Saking pemilihnya penulis skarang berstatus jobless (heuheu...).. Paling tidak, penulis hidup dengan memegang keyakinannya, ya nggak? Ketimbang mencla mencle sana sini tapi nggak mood ngejalaninnya?

Kurang waktu mendidik anak? Berhub penulis nggak punya anak, penulis hanya bisa merefer hal ini ke adik penulis. Penulis merasa bahwa penulis berhasil mendidik adik penulis dalam hal pola pikir. Penulis sendiri menyukai filsafat dan matematika, so jadi, sadar atau tidak, penulis mencoba menularkan pola berpikirnya kepada adik penulis. Dalam try out UAN nya, adik penulis mendapat nilai 10 skala 10. Semoga ia dapat 10 skala 10 juga di UAN yang sesungguhnya.

Kurang waktu berolahraga? Insya Allah nggak lah ya, semenjak di rumah ada treadmill, penulis rajin treadmill sampe keringetan biar sehat ^_^.

Kurang memiliki cukup uang? Insya Allah nggak,, yah walopun penulis belum jadi orang kaya dalam artian nggak bisa beli mobil sendiri, tapi penulis bersyukur punya orang tua yang sejahtera (aminn).. Jadi bisa minjem mobil sama ortu ^_^... hehehe...

Don't know why, semenjak kenal filsafat kira kira 3 atau 2 tahun lalu, penulis jadi lebih bisa menghindari penyesalan dalam hidupnya. ^_^

0 komentar: