Senin, 14 September 2009

Mungkin banyak yang nggak tahu ya kalo saya itu sebenarnya sensitif dan gampang nangis? Yeah, walaupun saya jauh dari feminin dan macho, saya memang segitu sensitifnya. Walaupun saya sering dapat predikat acuh tak acuh, toh nggak ada yang tahu apa sebenarnya yang ada dalam pikiran saya. Saya bertaruh sebagian besar orang yang tampaknya acuh tak acuh, justru malah sangat perhatian, melebihi mereka yang tampaknya memang menunjukkan sikap perhatian.


Tapi memang saya menghindari yang namanya nangis di depan umum. :D Nggak keren aja keliatannya, saya jadi keliatan lemah dan saya nggak suka itu. :D Pernah sekali saya menangis di depan umum secara tak terhindarkannya, dan ada beberapa orang yang membahas itu dan saya malah secepat kilat pergi dari sana menghindari perhatian teman-teman saya. Saya nggak akan begitu seandainya tidak dipancing. :D. Emosi yang membuncah kadang menjadi tak tertahankan dan peristiwa seperti itu bisa saja terjadi secara tak terhindarkannya. Saya bersyukur sejauh ini saya hanya mengalami peristiwa semacam itu sekali :D.

Yeah, mungkin ini yang namanya melankolis. Sebenarnya saya tidak suka bersedih tapi kalau tidak malah akan menimbulkan efek yang lebih buruk : sinis. Saya bertanya² darimana gerangan saya mendapatkan cynical edge yang begitu kuatnya, saya kira mungkin karna saya adalah orang yang peka. Kesedihan kalau tidak dikendalikan bisa menjadi suatu kekuatan jahat + bakat sinis saya, ya jadilah sudah kejahatan dalam bentuk kata-kata. Saya kira kekuatan bahasa saya cukup lumayan juga karna saya bisa memformulasikan kemarahan dalam bentuk kalimat-kalimat yang seringkali nggak ada hubungannya dengan penyebab kemarahan saya. Dan saya kira kemampuan mencari² alasan saya juga cukup lumayan karna saya seringkali bisa mencari² alasan untuk bertingkah menyebalkan demi melampiaskan emosi negatif saya.

Yah sudah deh, saya kira di bulan puasa ini, saya diberikan rahmat bahwa penting sekali untuk melakukan hal yang benar & BAIK. Agak susah memang yang namanya mengorbankan perasaan. Sampai sekarang saya masih belum terlalu menguasainya.

Ngomong² saya terinspirasi dari acara Bengkel Hati di TPI pagi tadi. Saya pikir², saya yang terlalu sensitif atau gimana ya sampai² kok justru liver sayalah yang sakit (katanya kalau liver sakit itu artinya saya adalah orang yang pendendam). Makanya itu, saya lebih memilih nangis ketimbang sakit liver. Tradisi nangis saya akan saya lanjutkan deh, tapi tetap diam² tentu saja. Saya rasa ini semacam win win solution ya, bagi kesehatan liver & tuntutan berbuat benar & baik yang selama ini saya pegang (dimana prinsip BAIK nya tanpa sadar saya langgar -_-a). Saya sadar bahwa saya adalah tipe gunung es. Orang², bahkan keluarga saya, tidak tahu kalau saya sedang bersedih (kecuali ayah saya, beliau kadang² bisa membaca ekspresi saya & menghibur dengan cara mengajak saya ke toko buku bukan di hari libur, itu dulu, waktu saya masih SMA -_-a). Tapi memang TEGAR sudah menjadi sifat saya yang mendarah daging, toh, saya tetap perlu dan malah HARUS mengadu pada-Nya, demi kesehatan & kebaikan saya sendiri.

Nah sekian hasil kontemplasi saya di malam bulan Ramadhan ini :). Saya bertekad insya Allah akan terus meneruskan (*bahasa macam apa itu : terus meneruskan? :D) prinsip “lakukan yang benar & baik” saya (walaupun kadang² saya ogah²an :D). Oke deh, sekian dulu ya :D.

;;